Monday, October 26, 2009

oh, purnama bersinar di atas kami

Cahaya subuh, terbit menghangatkan horison
Bukit-bukit pasir mulai tampak bentuknya.

Kerumunan orang, semua menunggu
pandangan mata menelusuri penuh harap.

Perlahan mulai terlihat sosok seorang manusia;
diakah? mungkinkah itu dia -- Rasulullah??

Seorang lelaki berteriak dibanjiri rasa kebahagiaan; "utusan-Nya telah datang!"
Wajahnya bak cahaya yang mengusir kegelapan
Kata-katanya membangkitkan hati, pesannya terus hidup
Semua orang menangis gembira, dan mulai bernyanyi:

Tala'al-Badru 'alayna,
min thaniyyatil-Wada'


wajaba shukru 'alayna,
ma da'a lilahi da'

Ayyuha al-mab'uthu finaji'ta
bi-al-amri al-muta'

Ji'ta sharraft al-Madinah
marhaban ya khayra da'


Lelaki itu berlari menghampiri dan menyentuh Rasulullah;
oh, betapa telah menderitanya beliau,
semua masalah dan keluhan kita
tiada sedikitpun bisa menandingi ujian yang telah dialami sang nabi;

Beliau dicemooh di seluruh penjuru,
dikucilkan oleh keluarganya sendiri,
dibodoh-bodohi dan dilempari batu oleh penduduk kota.

darahnya tumpah demi kebenaran;
namun tak sekalipun beliau mendendam atau balas berlaku kasar.


sang nabi kemudian tersenyum
pancarannya begitu terang menyinari, penuh kebaikan dan kasih sayang.
lelaki itu merangkul nabi penuh haru,
dan hatinya kembali berteriak keras, bernyanyi penuh kebahagiaan,
agar didengar seluruh penjuru dunia;

selamat datang, hamba Allah terbaik!
dengan kebijakan untuk dipatuhi
laksana cahaya bulan menerangi lorong kegelapan tempat kita berbaring

oh, purnama telah bersinar di atas kami
dari lembah Al-Wada
dan pada Allah SWT lah kami panjatkan syukur .

anda yang dulu tumbuh dan dibesarkan diantara kami
sekarang datang dengan perkataan untuk dipatuhi
anda memberi kota kami, Madinah, kemuliaan yang begitu besar

selamat datang, hamba Allah terbaik.


==================================================

alarm berbunyi, seorang lelaki kaget dan terbangun.
ternyata masih terang bulan, matahari belumlah terbit.
terdengar suara-suara mobil melesat dijalanan.

dengan hati terasa begitu tenang dan damai,
ia mulai mengingat lagi mimpinya;

telah dilihatnya wajah sang nabi,
dan ia langsung ingat bahwa,
bila kita melihat wajah Rasulullah dalam mimpi, maka betullah itu beliau.

Yaa Allah, perasaan yang sungguh indah, belum pernah aku sebahagia ini!, pikirnya.
Puluhan tahun sudah lelaki itu mengikuti ajaran sang nabi,
dan ia telah dianugerahi momen terbaik semur hidupnya.

Dan sepanjang malam ia kembali bersenandung;

selamat datang, hamba Allah terbaik
dengan kebijakan untuk dipatuhi
laksana cahaya bulan menerangi lorong kegelapan tempat kita berbaring...




------------------------------------------------------------------------------
diterjemahkan sendiri dari lagu Native Deen : 'Talaal badru alaina'.

2 comments:

kopi said...

bagus...itu lagu langsung terngiang di kepala gua...thx

Anggun Jelita said...

i love this poems...